<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d10028614\x26blogName\x3dThe+Truth+Only\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://anakmapek.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_GB\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://anakmapek.blogspot.com/\x26vt\x3d-9071562857044558623', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

terima kasih telah memarahiku..

Thursday, December 13, 2007
Hari ini aku ingin mencoba kembali menulis, sekedar menulis kegelisahanku.. seperti kata Helvy pada salah seorang muridnya, "teruslah gelisah, teruslah menulis kesejatian".

AKU ingin menulis apa yang kurasa.. tentang Cairo di Musim dingin. Ya.. Cairo di musim dingin selalu saja menjadi saat-saat indah yang kadang-kadang rumit. Meski bagiku, menikmati musim dingin di Cairo tak lagi serumit ketika aku pertama kali menginjakkan kaki di negeri ini.. ya, 5 tahun silam, ketika aroma kota berdebu itu menyambutku dengan musim dinginnya.

5 tahun bukan masa yang singkat, secara matematis ia sangat lama. Namun, secara psikologis, ia bisa saja terasa sangat singkat, dan bisa juga terasa sangat panjang. Benar kata Al-Qur'an, waktu itu relatif, yang kemudian diamini oleh Einsten lewat teori Relativitasnya baru pada awal abad ke-20. Kalo dipikir-pikir, AKU mungkin masuk kategori kedua.. sosok yang tak begitu menikmati waktu yang terus berjalan. 5 tahun begitu singkat.

selama 5 tahun itu, Aku sering merasakan kegelisahan-kegelisahan yang kadang aku pendam sendiri, kadang juga kuceritakan pada kawan dekatku, bahkan terkadang aku ingin menuliskannya.. meski itu jarang kulakukan. Seperti yang terjadi hari ini, aku ingin mencoba menuliskannya, untuk sekedar kujadikan bahan intropeksi diri yang mungkin bisa menjadi penggugah jiwaku yang sedang lusuh.

Semalam, aku terlelap begitu cepat. Selesai sholat magrib, aku tertidur. Mungkin karena hawa dingin yang menusuk yang membuat mataku ingin segera menghilang dari dunia malam Cairo yang menggigil.

Tak banyak yang kuingat, hingga akhirnya kudapati diriku tak lagi di Cairo, tapi di kampung halamanku. Entah bagaimana, tiba-tiba aku dihadapkan pada persoalan rumit, AKU mendapati diriku sedang sakit, ya.. aku demam. aku tak bisa pergi kuliah.. ketika itu kudapati diriku sedang ada di rumah Nenek. Neneku memaklumi keadaanku, aku dibiarkan saja beristirahat. Namun, tiba-tiba Bapak ibuku datang, mereka marah besar. "Kenapa kamu tidak pergi kuliah?", bentak Bapak. Ibuku yang berdiri di belakangnya juga nampak begitu geram. "Salah apa AKU?", aku bingung, aku kira mereka bisa memaklumiku kalo Aku sedang sakit. Kucoba jelaskan pada mereka, kuceritakan dengan jujur keadaanku tapi tetap saja mereka tak mau tahu. Malah, kemarahannya semakin memuncak, aku bahkan dipukuli Bapaku..

Selama ini, tak pernah kudapati bapaku semarah itu. Terakhir yang kuingat.. beliau marah besar ketika Aku tak mau pergi mengaji, Aku dikejar dengan kayu bakar hingga ke rumah nenek. Kayu itu patah dua di betisku, AKu hanya bisa menangis waktu itu.. namun, itu masih bisa kumaklumi, memang Aku yang bandel, memang aku yang salah. Tapi kini, beliau marah lagi, sangat marah dengan alasan yang kurang bisa kumengerti. Kenapa mereka harus begitu marah padaku? padahal kondisiku cukup menjadi jawaban logis bagi mereka, ya.. karena aku sakit.

Kemarahan itu terus terngiang-ngiang di telingaku hingga tiba-tiba adzan subuh menyadarkanku. Kuingat-ingat mimpi itu, kucoba cari-cari kesalahanku hingga akhirnya aku tersadar, "Astagfirullah, Aku tidak sholat isya semalam", mungkin ini yang membuat mereka begitu marah padaku, mereka ingin mambangunkanku shalat isya, mereka ingin mengingatkan kewajibanku. ini bukan mimpi, tapi ini teguran dari mereka. Sungguh besar perhatianmu padaku, sungguh aku anak yang tak bisa menyadari.. tak bisa memahami setiap inti pesanmu hingga kau titipkan lewat mimpi.

Maafkan anakmu yang seringkali lalai, yang hingga kini belum sempat mengucap kata syukur atas segala curahan kasih sayangmu, yang belum sempat mencium kedua telapak tanganmu, yang belum sempat mengucap maaf atas segala khilafku. Maafkan diriku yang jauh, AKU selalu merindukan belaian lembutmu.. hanya doa yang selalu kupanjatkan, semoga waktu tak pernah segan mempertemukan kita dalam bingkai ridha Ilahi, semoga..

Salam Rindu dari Negeri para Nabi
dari anakmu yang akan terus menyayangi


13 Desember 07
di suatu pagi yang menggigil